Persona

Terkadang, saya dapat berperan menjadi penenang. Penenang yang sewaktu-waktu selalu dicari oleh beberapa orang untuk melegakan resah dan gelisah. Slogan "tenang" telah menjadi tampilan saya dan terlihat oleh orang-orang yang mengelilingi saya.

Terkadang, saya pun dapat berperan menjadi sumbu pendek. Sewaktu-waktu jika peran itu datang, saya akan sangat mudah tersulut, ataupun dapat seketika meledak tanpa aba-aba. Meskipun begitu, slogan "tenang" tetap menjadi tampilan saya dan terlihat oleh orang-orang yang mengelilingi saya.

Bagaimana jadinya ya? Jika nanti ada masa di mana saya dipertemukan dengan seseorang yang mampu menilik segala rupa di balik "tenang" saya?
Apakah ia akan tetap menjadi seseorang yang bersedia mewadahi segala rupa di balik "tenang" saya?
Atau ia akan segera muak setelah mengetahui kisi-kisi di baliknya, dan bergegas untuk memutuskan angkat tangan saja?

Namun, dari beberapa pertanyaan yang telah saya susun, ternyata yang paling saya pikirkan bagaimana jadinya adalah 
Apakah saya akan mampu untuk tetap menjadi seutuhnya diri saya di hadapannya?
Bahkan kepada diri sendiri pun saya mengatakan, bahwa saya tidak akan pernah selesai unutuk saya pelajari.

Pelan-pelan saya mencoba untuk berkompromi dengan isi kepala dan isi hati tentang hal ini. Nyatanya, memang setiap manusia tidak pernah selesai untuk manusia pelajari. Seperti halnya dengan perkara saya dan diri saya, nyatanya perkara "tidak pernah selesai dengan diri sendiri" merupakan hal lumrah yang sudah pasti dirasakan oleh setiap manusia.

Dari sekian perkara tentang "tidak pernah selesai dengan diri sendiri", saya meyakini bahwa bukan berarti sebagai manusia kita tidak pernah menemukan kedamaian dalam hidup dengan diri sendiri. Bukan. Bukan begitu. 

Meskipun isi kepala sedang panik, sebab ternyata besok sudah bertemu dengan si senin yang pertanda kerja belum selesai, namun kedamaian selalu dapat ditemukan walau sekadar melalui secangkir teh manis hangat, sebatang rokok seusai melakukan kerja berat, ataupun seutas ucapan semangat dari orang terdekat.

Semakin bertambah usia yang disertai bertambah pula tuntutan hidup, nyatanya "tidak pernah selesai dengan diri sendiri" memang yang sudah semestinya kita dapat. 

Bahkan jika nanti sudah tiba masa, saat saya dipertemukan dengan seseorang yang bersedia untuk menilik apa yang sedang saya pelajari dalam diri saya sampai akhir hidup, sudah dapat dipastikan pula bahwa saya pun adalah orang yang bersedia untuk menilik apa yang sedang ia pelajari dalam dirinya sampai akhir hidup.

Memang setiap manusia tidak pernah selesai untuk manusia pelajari. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedikit Ungkapan untuk Tuhan

Satu Kalimat.

Pukul 03:46