Postingan

Persona

Terkadang, saya dapat berperan menjadi penenang. Penenang yang sewaktu-waktu selalu dicari oleh beberapa orang untuk melegakan resah dan gelisah. Slogan "tenang" telah menjadi tampilan saya dan terlihat oleh orang-orang yang mengelilingi saya. Terkadang, saya pun dapat berperan menjadi sumbu pendek. Sewaktu-waktu jika peran itu datang, saya akan sangat mudah tersulut, ataupun dapat seketika meledak tanpa aba-aba. Meskipun begitu, slogan "tenang" tetap menjadi tampilan saya dan terlihat oleh orang-orang yang mengelilingi saya. Bagaimana jadinya ya? Jika nanti ada masa di mana saya dipertemukan dengan seseorang yang mampu menilik segala rupa di balik "tenang" saya? Apakah ia akan tetap menjadi seseorang yang bersedia mewadahi segala rupa di balik "tenang" saya? Atau ia akan segera muak setelah mengetahui kisi-kisi di baliknya, dan bergegas untuk memutuskan angkat tangan saja? Namun, dari beberapa pertanyaan yang telah saya susun, ternyata yang pali

Satu Kalimat.

Gambar
    Siang tadi, saya semacam diberi cambukan yang mengejutkan melalui pertemuan dengan satu kalimat. Satu kalimat yang membuat saya setelah membacanya sejenak terdiam dan berpikir ; satu kalimat ini maknanya sangat dalam. sampe gue mikir kalo gue sabar bentar lagi, dia mau kali sama gue     Kini, satu kalimat tersebut seakan-akan menjelma menjadi salah satu slogan pengingat diri saya. Ya, menjadi salah satu slogan pengingat diri saya ; Ketika saya sedang mengerjakan tugas laporan dan merasakan kantuk, maka sabar sebentar lagi   Ketika saya sedang mencari referensi tugas dan sudah malas membaca banyaknya literatur, maka sabar sebentar lagi Ketika saya sedang menantikan surat keputusan dari atasan setelah berhari-hari namun belum kunjung rilis, maka sabar sebentar lagi Ketika saya sedang menunggu balasan dari lembaga pengembangan penelitian namun masih dipertimbangkan, maka sabar sebentar lagi Ketika saya sedang merasa amat sangat lelah dengan semua hal yang mesti dikerjakan di dalam keh

Maret, 20.

Gambar
    Maret, 20.     Tepat pada tanggal 20 Maret 2021, saya telah kembali membagikan hal yang sudah lama saya simpan. Jujur, sebenarnya saya sangat deg-degan  dan disertai banyak pertanyaan yang saya utarakan pada diri sendiri ; Del, yakin tulisan seperti ini yang akan dibagikan? Del, yakin akan membagikan tulisan lagi? Del, kok malah banyak takutnya sih? Del, yakin?     Begitulah kiranya beberapa pertanyaan yang saya utarakan pada diri sendiri dan menimbulkan rasa deg-degan. Namun, setelah banyak pertanyaan yang datang, ternyata saya tidak menemukan jawabannya jika saya tidak memulainya. Ya, memulai untuk memilih hal mana yang saya rasa sudah semestinya untuk ada. Hingga akhirnya, saya memilih untuk kembali membagikan hal yang saya rasa sudah semestinya, yang sudah saya rasa selayaknya. Saya merasa bahwa semuanya hanya akan tumbuh menjadi rasa takut atau bahkan berkembang menjadi rasa penyesalan tak berkesudahan jika saya memilih untuk berhenti mencoba.  Maka dari itu, saya memilih sepa

'Ain (عين)

Artinya mata. Saya telah diberi petunjuk melalui banyak hal, salah satunya yang mesti saya lihat dengan mata sendiri. Beberapa hari ini, saya kerap mengeluh kepada kertas dan pena yang tepat berada di atas meja belajar. Beberapa hari ini, saya kerap bertanya-tanya kepada layar laptop yang cahayanya menyala. Beberapa hari ini, saya kerap dirundung oleh malam. Waktu yang terus berlajan maju, seolah mendongakan kepalanya sembari menatap acuh kepada saya yang sejenak terpaku diam ; buntu. "Takut gagal." Setiap hari si takut datang tanpa diminta. Padahal secara tidak disadari, si takut datang karena saya yang memikirkannya. Selalu. Saya berjalan ke depan, ternyata masih terbilang di belakang. Rasanya malah menjadi menciut ketika menyaksikan satu lainnya sudah menyentuh 1/3, atau bahkan menuju 2/3 dan segera mungkin untuk mengepal 3/3. Sedangkan di hadapan cermin, di sana ada dia yang masih 0/3 ; saya. Pikiran nakal seperti itu memang terkadang pandai mengusik, padahal setiap manus

Sedikit Ungkapan untuk Tuhan

Jika diizinkan, aku ingin terlahir kembali namun bukan dengan kehidupan yang kini sedang aku jalani. Aku tidak akan menyesal karena sudah terlahir, hanya saja aku  ingin hidup di tempat yang bukan kini. Entah tempat seperti apa yang terkonsep di dalam kepalaku sekarang, aku hanya ingin hidup dengan diriku sendiri yang dilingkari oleh desau angin. Desau angin itu membawaku pada tempat yang antah-berantah di mana rupanya. Dari tempat itu, aku disuguhkan kedamaian yang menyerupai diriku. Tenang dan tentram. Terbayang seperti sunyi, sepi, dan sendiri. Namun di dalam diriku meyakini, jika aku di sana, aku akan bahagia. Tak apa sepertinya jika aku hidup sendiri di tempat itu. Tapi Tuhan, aku tetap membutuhkanMu, jangan biarkan aku terbaring di tempat itu tanpa kiblat yang mengarah kepadaMu untuk aku bisa berharap atas segala ingin dan butuhku.  Izinku ini kepadaMu bukanlah sesuatu hal yang wajib apalagi mesti Kau kabulkan. Ini hanya ujaran yang terbentuk di dalam kepalaku saja malam ini. N

Kalut Dalam Diri

—Yang paling menjengkelkan adalah merasakan amarah yang amat sangat menyakitkan, namun tidak memiliki daya mesti bagaimana. Maaf sudah bernafas, maaf sudah hidup.

Pukul 03:46

Yang sesungguhnya aku inginkan dan aku butuhkan adalah diriku sendiri? Ketika pagi menjadi muasal setiap harap, kepada siapa harap sejati yang bisa aku andalkan tanpa berbuah kekecewaan? Ketika malam menjadi muara setiap harap, kepada siapa harap sejati layak diterima oleh yang benar-benar bersedia menerimanya? Begitu banyak zona yang tidak berdefinisi, tidak terjangkau oleh yang lainnya hingga menjadi sebab mengapa aku masih saja berjalan sendirian menuju peta yang mengarah kepada diriku sendiri. Aku mencarimu, diriku. Perasaan tidak menentu yang entah berasal dari mana, tidak mudah dijamah, bahkan oleh pemiliknya sekalipun. Jika memang Tuhan adalah penentu hati setiap yang hidup dan lebih tahu mesti seperti apa , maka izinan aku sekali saja untuk menjadi Tuhan. Sekali saja, Aku ingin menjadi penentu segala sesuatu dalam kisruhnya diriku Aku ingin menjadi yang lebih tahu mesti seperti apa, tanpa menduga hal terburuk sekalipun Aku ingin menjadi penentu hati setiap yang hidup. Mak